Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Rabu, 17 Februari 2010

Pablo Si Manusia Saluran Pipa


Pada zaman dahulu kala, ada dua orang saudara sepupu yang sangat ambisius. Yang pertama bernama Pablo dan yang kedua bernama Bruno. Mereka tinggal berdampingan di sebuah desa kecil di Italia.
Kedua orang itu merupakan anak-anak muda yang sangat berkualitas.  Mereka juga memiliki cita-cita yang tinggi.  Mereka sering berkhayal bagaimana kalau suatu hari nanti mereka menjadi orang yang terkaya di desanya. Keduanya merupakan orang yang sangat cemerlang dan amat tekun bekerja. Yang mereka perlukan adalah kesempatan.

Pada suatu hari kesempatan itu pun datang. Kepala desa di desa dimana mereka berdua tinggal memutuskan untuk mempekerjakan dua pemuda itu untuk membawa air dari sungai ke sebuah penampungan air di tengah desa itu.
Pekerjaan itu dipercayakan kepada Pablo dan Bruno. Keduanya masing-masing membawa dua buah ember dan segera menuju sungai. Menjelang sore hari, keduanya telah mengisi penampungan air sampai mencapai sisi-sisi permukaannya. Ketua desa menggaji mereka masing-masing berdasarkan jumlah ember air yang mereka bawa.


         “Wah, ini berarti cita-cita kita terkabul,” seru Bruno.
“Saya tidak bisa percaya bahwa kita bisa mendapat rezeki sebanyak ini.”
Tetapi Pablo tidak ingin yakin begitu saja. Punggungnya nyeri dan kedua telapak tangannya lecet-lecet. Itu akibat ia membawa dua buah ember yang berat. Keesokan paginya, ia merasa takut saat harus pergi kerja. Karena itu, ia berpikir keras mencari akal bagaimana caranya membawa air dari sungai ke desanya. 
“Bruno, saya punya rencana,” kata Pablo keesokan harinya saat mereka mengambil ember-ember dan berangkat menuju ke sungai.
“Daripada kita mondar-mandir membawa-bawa ember hanya untuk mendapatkan beberapa penny per hari, mengapa kita tidak sekalian saja membuat sebuah saluran pipa dari sungai ke desa kita.”
Bruno menghentikan langkahnya seketika.”Saluran pipa! Ide dari mana itu???” seru Bruno.
“Kita ‘khan sudah mempunyai pekerjaan yang sangat bagus, Pablo. Saya bisa membawa seratus ember sehari. Dengan upah satu penny per ember, berarti penghasilan kita bisa satu dollar per hari! Saya akan menjadi orang kaya! Dan pada akhir minggu, saya bisa membeli sepatu baru. Pada akhir bulan saya bisa membeli seekor sapi. Dan pada akhir bulan keenam, saya sudah bisa membangun sebuah gubuk baru. Tidak ada pekerjaan semenguntungkan ini di desa ini. Pada akhir minggu kita dapat libur. Dan setiap tahun, kita juga berhak cuti selama dua minggu dengan gaji utuh. Kita akan memiliki kehidupan yang layak! Jadi buang jauh-jauh pikiran untuk membangun saluran pipa itu.”
Tetapi Pablo tidak mudah putus asa. Ia dengan sabar menerangkan tentang rencana pembuatan saluran pipanya kepada sahabatnya itu.
Akhirnya Pablo memutuskan untuk BEKERJA PARUH WAKTU. Ia tetap bekerja mengangkut ember-ember air. Separuh waktunya serta di akhir minggu dia luangkan untuk membangun saluran pipanya.
Dari awal, dia sudah menyadari bahwa akan sangat sulit baginya untuk menggali saluran di tanah yang mengandung batu karang itu. Ia pun menyadari, lantaran upahnya itu berdasarkan jumlah ember yang diangkutnya, maka penghasilannya pun otomatis menurun.
Dia paham benar bahwa dibutuhkan waktu satu tahun atau bahkan dua tahun, sebelum saluran pipanya bisa menghasilkan sesuatu yang berarti. Tetapi Pablo yakin akan impian dan cita-citanya. Karena itu, dia terus giat bekerja.
Bruno dan orang-orang desa yang lainnya mulai mengejek Pablo. Mereka menyebutnya
“Pablo Si Manusia Saluran Pipa.”
Bruno yang berpenghasilan hampir dua kali lipat daripada Pablo, terus membangga-banggakan barang-barang baru yang telah berhasil dibelinya. Dia sudah membeli seekor keledai yang dilengkapi dengan sadel kulit yang baru. Dia memarkir keledai barunya di samping gubuk barunya yang terdiri dari dua lantai. Dia juga membeli baju-baju indah dan bisa makan mewah di kedai.
Orang-orang di desanya menyebutnya “Mr.Bruno”. Mereka selalu menyambutnya kalau dia mentraktir mereka minum-minum di bar dan ikut tertawa-tawa saat dia menceritakan lelucon-leluconnya. 

TINDAKAN-TINDAKAN KECIL MEMBUAHKAN HASIL YANG BESAR
Sementara Bruno berbaring santai di jarring gantungan di sore hari pada akhir minggu, Pablo terus saja menggali saluran pipanya. 
Pada bulan-bulan pertama, Pablo memang tidak bisa menunjukkan hasil dari usahanya. Pekerjaannya memang sangat berat. Bahkan lebih berat daripada pekerjaan Bruno, karena Pablo juga harus bekerja pada malam hari, demikian pula di akhir minggu.
Tetapi Pablo selalu mengingatkan pada diri sendiri bahwa cita-cita masa depan itu sesungguhnya dibangun berdasarkan pada perjuangan yang dilakukan hari ini. Dari hari ke hari dia terus menggali. Inci per inci.
“Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit,” katanya sambil bersenandung saat dia mengayunkan cangkulnya pada tanah yang mengandung batu karang. Dari satu inci kemudian menjadi satu kaki, kemudian menjadi 10 kaki, kemudian menjadi 20 kaki, lalu 100 kaki, dan seterusnya…
“Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” kata-kata itulah yang selalu dicamkan pada dirinya sendiri saat di kembali ke gubuknya yang sederhana. Tubuhnya amat lelah setelah seharian bekerja.
Dia sudah bisa memperkirakan keberhasilan yang akan dicapainya. Caranya adalah setiap hari dia menetapkan sasaran yang akan dicapainya pada hari itu. Lalu dia akan berusaha keras untuk mencapainya. Dia juga selalu yakin bahwa lama kelamaan hasil yang dicapainya itu akan jauh daripada perjuangan yang dilakukannya.
“Fokuskan selalu pada imbalan yang akan diperoleh,” kata-kata itu senantiasa ia ulang-ulang saat dia pergi tidur. Sementara dari bar di desa terdengar gelak tawa mengiringinya ke alam mimpi.
“Fokuskan selalu pada imbalan yang akan diperoleh…”

KEADAAN MENJADI TERBALIK
Hari berganti bulan. Pada suatu hari, Pablo menyadari bahwa saluran pipanya sudah setengah jadi. Berarti dia hanya perlu berjalan setengahnya dari jarak yang biasa di tempuh untuk mengisi ember-embernya. Dan waktu yang tersisa, digunakannya untuk menyelesaikan saluran pipanya. Saat-saat penyelesaian saluran pipanya pun semakin mendekat.
Saat beristirahat, Pablo menyaksikan sahabatnya Bruno yang terus saja mengangkut ember-ember. Bahu Bruno tampak semakin lama semakin membungkuk. Dia menyeringai kesakitan, langkahnya semakin lamban akibat kerja keras setiap hari. Bruno merasa sedih dan kecewa karena dia menyadari bahwa dia “ditakdirkan” untuk terus mengangkut ember-ember setiap hari sepanjang hidupnya.
Dia semakin jarang bersantai-santai di tempat tidur gantungnya. Dia lebih sering terlihat di bar. Saat pengunjung bar melihat Bruno, mereka saling berbisik,”Nah, ini dia Bruno Si Manusia Ember,” dan mereka tersenyum geli saat beberapa orang meniru postur tubuh Bruno yang sudah membungkuk dan cara jalannya yang terseok-seok.
Bruno tidak lagi suka mentraktir minum teman-temannya atau menceritakan lagi lelucon-lelucon. Dia lebih suka duduk sendiri di sudut yang gelap ditemani botol-botol kosong di sekelilingnya.
Akhirnya, saat bahagia Pablo pun tiba. Saluran pipanya sudah rampung!!! Orang-orang desa berkumpul saat air mulai mengalir dari saluran pipanya menuju ke penampungan air di desanya. Sekarang, desa itu sudah bisa mendapat pasokan air bersih secara tetap. Bahkan orang-orang yang semula tinggal di sekeliling desa tersebut sengaja pindah ke sana. Desa itu pun kemudian terus tumbuh dan semakin makmur.
Setelah saluran pipa itu selesai, Pablo tidak perlu lagi membawa-bawa ember. Airnya akan terus mengalir, baik dia sedang bekerja maupun tidak. Air itu mengalir di akhir minggu ketika dia asyik bermain. Semakin banyak air yang mengalir ke desa itu, semakin banyak pula uang yang mengalir ke kantong Pablo.
Pablo yang tadinya terkenal dengan julukan “Pablo Si Manusia Pipa”, sekarang menjadi lebih terkenal dengan sebutan “Pablo Si Manusia Ajaib”
Para politisi memujinya karena mempunyai visi yang baik. Mereka bahkan memintanya agar mencalonkan diri menjadi walikota. Tetapi Pablo paham sekali bahwa apa yang dia capai bukanlah sebuah keajaiban. Hal ini hanyalah merupakan langkah awal dari pencapaian suatu cita-cita yang besar.
Memang benar. Nyatanya, Pablo memiliki rencana yang jauh lebih besar daripada yang dia sudah lakukan di desanya. Pablo berencana untuk membangun saluran pipa di seluruh
dunia!

MENGAJAK TEMANNYA UNTUK MEMBANTU
Saluran pipa membuat Bruno Si Manusia Ember kehilangan pekerjaannya. Pablo merasa sangat prihatin melihat sahabatnya itu sampai harus mengemis-ngemis meminta minuman di bar. Karena itulah Pablo berencana untuk menemui Bruno.
“Bruno, saya datang ke sini untuk meminta bantuanmu.” Bruno meluruskan bahunya yang bungkuk. Matanya yang tampak kelam pun mengecil.
“Jangan menghina saya ya,” kata Bruno.
“Tidak, saya datang ke sini bukan untuk menghina kamu,” kata Pablo.
“Justru saya mau menawarkan peluang bisnis yang amat bagus. Dua tahun lamanya saya bekerja untuk bisa menyelesaikan pembangunan pipa saya yang pertama. Tetapi, dalam masa dua tahun tersebut saya belajar banyak hal. Saya jadi tahu alat-alat apa saja yang harus digunakan. Saya jadi lebih paham tempat di mana saya sebaiknya harus mencangkul dan menggali. Dan selama saya bekerja, saya juga rajin mencatat mengenai semua itu. Oleh karena itu, sekarang ini saya sudah mampu mengembangkan suatu cara baru yang lebih baik untuk membangun saluran-saluran pipa lainnya.”
“Sebetulnya, bisa saja saya membangun saluran pipa itu sendirian dalam waktu setahun. Tetapi rasanya, untuk apa saya menghabiskan waktu satu tahun hanya untuk membangun satu saluran pipa itu. Rencana saya adalah mengajari kamu dan yang lain-lainnya cara-cara membangun pipa. Nantinya kamu dan yang lain-lainnya itu mengajarkan lagi kepada orang-orang baru lainnya lagi. Begitulah seterusnya… Sampai suatu saat nanti setiap desa di wilayah ini memiliki saluran pipa. Lalu, saluran pipa ini menyebar ke setiap desa, di negara kita. Dan bahkan akhirnya, pipa-pipa ini akan ada di setiap desa di seluruh dunia!”
“Coba saja kamu renungkan,” kata Pablo melanjutkan ,”Kita nantinya bisa mengutip sejumlah uang untuk setiap gallon air yang dialirkan melalui saluran-saluran pipa. Semakin banyak air yang mengalir melalui saluran-saluran pipa, semakin banyak uang yang akan masuk ke kantong kita. Pipa yang baru saya buat ini sebenarnya bukanlah akhir dari suatu cita-cita. Justru pipa saya itu merupakan awal dari cita-cita.”
Akhirnya Bruno menyadari juga betapa besar potensi bisnis yang ditawarkan sahabatnya itu. Dia tersenyum sambil mengasongkan tangannya yang lecet-lecet itu kepada sahabatnya, Pablo. Mereka berjabatan tangan kemudian berpelukan. Bagaikan dua orang sahabat lama yang sudah lama tidak berjumpa.

PELUANG USAHA SALURAN PIPA DI DUNIA YANG DIDOMINASI PEMBAWA EMBER
Tahun-tahun pun berlalu. Pablo dan Bruno sudah lama pensiun. Usaha saluran pipanya yang mendunia terus saja mengalirkan ratusan juta dollar setahun melalui rekening bank mereka.
Ketika mereka berjalan-jalan di desa, kadang-kadang mereka melihat beberapa pemuda. Mereka tampak sibuk mengangkut air dengan ember. Kedua sahabat dari masa kecil tersebut lalu mengajak berbincang-bincang pemuda-pemuda tersebut. Mereka menceritakan kisah hidup mereka. Lalu, mereka pun menawarkan bantuan mereka untuk membangun saluran pipa.
Tetapi, hanya sedikit saja yang mau mendengarkan nasehat mereka dan bersedia meraih peluang untuk melakukan usaha di saluran pipa ini.
Sedihnya, kebanyakan para pengangkut ember tersebut langsung menolak tawaran ini. Pablo dan Bruno juga sering sekali mendengar alasan-alasan yang mereka ungkapkan.
“Saya tidak ada waktu.”
“Teman saya bilang bahwa dia kenal orang yang berusaha  untuk membangun saluran pipa ternyata gagal.”
“Cuma mereka yang lebih dahulu terjun di usaha saluran pipa ini yang akhirnya bisa sukses.”
“Seumur hidup saya, pekerjaan saya adalah mengangkat ember. Saya ingin tetap mempertahankan profesi saya itu.”
“Saya tahu ada orang-orang yang pada akhirnya merugi gara-gara usaha saluran pipa. Saya tidak mau hal itu terjadi pada diri saya.”
Pablo dan Bruno benar-benar merasa prihatin bahwa banyak sekali orang yang tidak punya visi. Tetapi akhirnya mereka pasrah saja. Mereka sadar bahwa mereka hidup di dunia yang masih didominasi dengan mental pembawa ember tersebut. Hanya sedikit saja prosentasenya orang-orang yang berani berambisi untuk mencapai kesuksesan melalui usaha saluran pipa.

2 komentar:

Anonim 18 Februari 2010 pukul 00.50  

Strategi yang bagua, mudah-mudahan banyak yang baca dan mengambil hikmah.
Smangat meraih sukses.

Fifit 21 Februari 2010 pukul 00.04  

makasih pak!

Jika artikel ini bermanfaat, silahkan isikan alamat email Anda untuk berlangganan artikel Dunia Klik!.blogspot.com secara gratis melalui email:

Delivered by FeedBurner

BookmarkAddict.com

  © Blogger template 'A Click Apart' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP